Rabu, 30 Desember 2009

“ANJING!!!”

“Anying!!!” (inget film tarik jabrik neh!)
Temen-temen tahu kan, Cacing, Mulder dan anak-anak Tarik Jabrik sering sekali kata-kata ini ketika mereka melihat atawa mendapat perlakuan yang menjengkelkan atau membuat marah. Kira-kira mungkin mereka aslinya mengucap “Anjing” kali? (Yee asal! Tanya tuh sama yang ngarang!).
Nah pada tulisan ini kita juga mau membahas anjing, tapi bukan anjing beneran lho? Terus anjing apaan donk? Boneka anjing, patung atau siluman? (Hi… takuuuuut!!!) Jangan-jangan anjing setan?!
Huss!!! Bukan itu kale? Kita cuma mau ngopi ABC susu. Eh becanda lagi neh. Sorry!! OK, back to the road. Kita mau ngebahas anjing yang ada pada diri kita sendiri!
(Interupsi pak moderator! Kita nggak pelihara anjing kok!)
Ok. Interupsi diterima. Kita emang nggak boleh melihara anjing jika Cuma buat jadi hewan peliharaan, tapi anjing pemburu bagi seorang pemburu boleh kok. Tapi inget jangan dimasukin rumah, ada hadits yang bilang klo “Malaikat Tidak Akan Masuk Ke Rumah Yang Ada Anjing Ataupun Gambarnya”.
Eh jadi ceramah nih. Gini lho mas, yu, dhek, temen-temen. Banyak sekali yang tanpa kita sadar kita telah memelihara anjing dalam diri kita. Memberi makan dan membuatnya besar sehingga kita sendiri tidak kelihatan dan yang kelihatan adalah ‘Anjing’. Jadi jangan heran kalo sekali-kali ada yang menyebut dengan jengkel.
“Anjing!!!”
“Asu!!!”
(Ih… nggak Ban Get dech!)
Makanya kita kudu tahu, kenapa orang bisa memanggil kita…
“Asu!!!” (Weeh serempak banget jawabnya, udah nggak suka ya?)
Ok, just kidding! Just kidding! Kembali ke lap top! (He… he… he… kaya Om Tukul aja).
Ternyata penyebabnya nggak lain dan nggak bukan adalah kelakuan kita sendiri. Coba diingat-ingat! Kebanyakan perkataan tersebut ternyata muncul karena kelakuan or perbuatan kita nggak baik bin buruk di mata orang tersebut. So, muncullah kata-kata tadi.
Aku jadi inget sebuah nukilan dari kitab Ta’limul Muta’alim yang menyatakan bahwa “Akhlakud Damimah Kalbun Ma’nawiyyun!” otawa dalam bahasa kitanya kira-kira akhlak tercela adalah anjing ma’nawi. Wujudnya memang bukan anjing, tapi maknanya anjing juga, maka jangan heran kalo ada orang yang membuat marah seseorang kemudian keluar kata-kata anjing de es be yang artinya sama-sama menghujat pemiliknya.
Dalam tataran ilmu fiqih anjing dan babi menempati tingkat terberat dalam tataran najis (Ada yang tahu?). Yupz! Najis Mugholadzoh, najis yang hanya bisa suci setelah dibasuh 7 kali (Kali apa saja ya? Kali serayu, kali citandui, kali ciliwung, kali… ‘He bangun! 7 kali, bukan 7 sungai! Ping pitu, ping pitu!’) Sorry temen-temen! Balik ya? Dibasuh 7 kali en salah satunya dicampur pake debu. Waduh repot banget donk!
Satu lagi kerugian memelihara anjing. Ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa ‘malikat tidak akan memasuki rumah yang didalamnya terdapat anjing ataupun gambar’.
Wah repot juga tuh! Padahal malaikat juga utusan Alloh untuk membagi rizki, membagi ilmu, en membagi berbagai keberkahan. Trus kalo kita memelihara anjing dan malaikat nggak mau masuk dan nggak membawakan ilmu untuk kita semua gimana?
Wah… rugi Ban Get lah!!!
Makanya ayo kita keluarkan anjing dalam diri kita dan kita masukkan kebaikan-kebaikan dalam diri kita dengan menjaga akhlakul karimah. Setelah akhlakul karimah terjaga maka…
Jreng-jeng!!!
Kita akan menjadi makhluk yang mulia. Amien.

Tuhan, Ijinkan aku mabuk

Tuhan,
Ijinkan aku mabuk
Airmata dan darah
Agar jiwaku lena
Berlarian dari puing ke puing
Seperti syahid
Yang memanggul satu demi satu mayat syuhada

Tuhan,
Biarkan aku mabuk
Air mata dan darah
Agar bisa kulontarkan satu demi satu
Batu dari seluruh negeri
Melentingkan batu-batu kecil
Seperi Dawud
Belari dan sembunyi
Untuk kemudian kembali melempar dan melontar
Dan bila telah habis batu di negeri ini
Ijinkan tangan, kaki ini kulontarkan
Atau jiwa ini yang harus kulentingkan
Menyerbu dalam seru
Takbir
”Allohu Akbar!!!”
Kulentingkan jiwa dengan segenap raga
”Allohu Akbar!!!”

Tuhan,
Biarkan aku mabuk
Air mata dan darah
Jiwaku larut dalam tarian syuhada
Berlari bersama harumnya angin Palestina


Karangsari, Agustus ,2009

Senin, 21 Desember 2009

“BU GURU YANG GALAK MANA?“

Suasana di dalam ruang itu begitu semarak. Maklumlah anak-anak begitu antusias untuk menyambut rapor yang pertama kali di bagikan kepada mereka. Sebuah pengalaman tersendiri dalam momen hidup mereka pada usianya yang sedang mengalami masa-masa emas.
Para wali muridpun tampak gembira walaupun acara yang diadakan sangat jauh dari kesan mewah ataupun glamour. Cuma acara seremonial belaka yang dilakukan tanpa persiapan baik materi maupun isi dari acara tersebut. Acara yang dilakukan mendadak dan terjadi begitu saja. Maklum, saat itu kebetulan beberapa dari pamong ataupun tutor pengampu ijin karena ada acara. Cuma saya dan seorang lagi guru yang berangkat sehingga beberapa acara yang sudah dipersiapkan sebelumnya digagalkan dan berganti dengan acara mendadak tadi.
Beberapa saat setelah anak-anak masuk, tiba-tiba terdengar celutukan seorang anak yang membuat kami tercengang.
“Bu, bu guru yang galak mana?”
Kami semua tercengang. Beberapa saat kami sempat bengong mendengar perkataan anak tersebut. Lalu dengan perasaan malu ibu dari anak itupun mengalihkan pembicaraan anak ke arah yang lain.
“Bu guru yang galak mana?”
Kata-kata yang begitu singkat, tapi begitu menusuk perasaan kami sebagai tutor paud. Seperti inikah kami selama ini? Inikah hasil dari jerih payah kami selama ini? Kata-kata itu terus terngiang di telinga kami. Walaupun telah berhari-hari kejadian itu berlalu, tetap saja kata-kata itu serasa mendengung di telinga kami.
Bagaimana mungkin? Terlebih yang mengucapkannya adalah anak yang malah cenderung cuek dalam kelas. Asyik bermain dengan dunianya sendiri sementara anak-anak yang lain asyik memperhatikan gurunya mengajar dan bermain bersama mereka.
Pembuktian bahwa anak belajar dari lingkungannya dengan begitu cepat, dengan cara mereka yang sangat unik dan kadang tidak pernah terpikir oleh kita. Anak-anak sangat sensitif dengan perubahan-perubahan yang ada di sekitarnya. Mereka memperhatikan dan dengan cepat merekam segala input yang ada ke dalam memori mereka.
Hal tersebut membuat kami sadar untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi anak kecil. Bukan hanya pelajaran, tetapi polah dan tingkah kita akan selalu diperhatikan oleh mereka. Kadang dari sedikit hal yang kita lakukan, mereka sudah dapat menilai kita, bagaimanakah sifat kita yang sesungguhnya walaupun pada saat kita bertemu anak-anak kita berusaha menyembunyikan sifat tersebut.
Untuk itu, marilah kita semua berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita agar lahir generasi yang lebih baik di masa depan. Semoga tulisan kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Minggu, 06 Desember 2009

Selamat tinggal INNALILLAHI pada semangat menulis

Entah mengapa aku kembali merasakan getar-getar itu ketika aku membuka satu persatu e-mail dari Jonru Ginting. Aku merasa bahwa aku adalah salah satu bagian dari orang-orang seperti itu? (Cieee kayalan tingkat tingginya keluar tuh!) Tapi beneran kok. Aku merasa menjadi bagian dari komunitas yang dibangun olehnya, walaupun sebagai penikmat pasif, tapi boleh juga kan dari pada ndak? Bukan apa-apa sih, tapi dengan jujur aku katakan kalau aku benar-benar ingin memperoleh ilmu yang lebih dan lebih lagi dari beliau, dan juga dari para senior-senior lainnya.
Kenapa? Yaaa karena! Kalo ada kenapa ya ada karena, ya to?
Eh becanda mulu! Gini lho, pada dasarnya aku ini kan suka pada tulis-menulis sejak saat aku SMP. Perkenalan dimulai saat ada lomba class metting yang diadakan di SMP 1 Susukan. Saat itu aku ditunjuk sebagai wakil kelasku untuk mengikuti lomba baca puisi. Jadi mau gak mau aku harus belajar baca puisi. Saat itu aku maju dengan penuh “Resah dan gelisah, menunggu di sini, disudut sekolah …”(da yang ingat “kisah kasih di sekolah”nya Obie Mesakh gak?) ups! Kok malah nyanyi seeh?
Yang jelas saat itu aku maju dan jreng jeng…! Aku dapet juara dua lho (Alhamdulillah!!!). Dari situ aku mulai deh cinta dengan yang namanya tulis menulis(Tapi nggak pacaran lho. Kata nenek itu berbahaya…(ini mah lagunya Titiek Puspa). Awalnya sih puisi, lalu malah alih kemudi ke jurusan cerpen, habis aku gak terlalu suka yang njelimet-njelimet harus mikir kata yang biasa jadi tidak biasa. Susaaaaah!!!
Tapi temen-temen, sayangnya itu semua cuma buat konsumsi sendiri. Tidak ada orang lain yang ikut merasakannya (ieh, pelit ya! Padahal belum tentu makanannya enak). Ya iya lah, masa diary mau diserahin orang lain bisa kebongkar kan rahasia kita?! Yah, begitulah selama bertahun-tahun tulisan tulisan itu cuma menjadi barang antik di antara berpuluh buku cetak yang ada di lemariku.
Perkenalan kedua dengan dunia ini aku alami saat aku ada di Ponpes Raudlotut Tolabah, Gebangsari, Kuwarasan, Kebumen. Adanya mading santri yang ada di Ponpes Raudlotut Tolabah ini mengitik-itik hatiku untuk ikut mengisi di sana.
Alhamdulillah setelah itu ada sedikit keberanian untuk mengirim coretan-coretanku ke majalah. Legaaa banget setelah aku kirimkan coretan-coretan itu. Sebulan, dua bulan, tiga bulan kutunggu kabar. Yah sekedar kabar tentang coretanku yang ku kirimkan entah itu diterima atau ditolak, tapi tak ada sadikitpun kabar yang datang.
Semangatku kembali down lantaran hal itu. Bahkan sampai saat aku keluar dari ponpes (Jangan ditiru ya! Aku keluar itu DeO lo.... ‘Huss! Jangan diceritain ngapa? Malu-maluin aja!’ Sorry, bro! Kelepasan!) aku masih down sehingga dunia ini terasa asing bagiku.
Beruntung aku mempunyai teman yang juga suka akan dunia tulis menulis. Kami sering sharing tentang mushola dan madrasah di desa kami (Kami sama-sama satu desa, mushola dan satu madrasah diniyyah). Sebuah ide yang tercetus dalam menyambut ramadhan kembali membangkitkan gairahku. “MADING GAUL RAMADHAN“ begitu kami memberi judul untuk kegiatan yang satu ini. tempat dimana anak-anak IRBATS (Ikatan Remaja Baitussalam) menampilkan kreasi masing-masing melalui tulisan.
Kami memajang tulisan-tulisan itu di Serambi Mushola Baitussalam. Teman-teman amat antusias dalam berpartisipasi di dalamnya, bahkan kami sempat juga saling sindir di dalam tulisan-tulisan itu. Madingpun menjadi hidup.
Sayang, dalam perjalanannya madding tersebut lebih menjadi ajang untuk saling menyindir dan mengejek antar anak-anak IRBATS sehingga kami putuskan untuk menyetop mading tersebut. Madingpun mati pada umur satu bulan (yee.. emang ramadhannya cuma 30 hari kali? Tapi beneran kok cerita yang tadi! Gak ada niat bo’ong! Suerr!)
Pengalaman membuat mading di mushola membuatku semakin bersemangat dalam menekuni dunia tulis menulis. Tapi ketika aku mencoba kembali untuk menulis cerpen ataupun puisi, aku selalu mentok. Kadang aku kekurangan ide untuk melanjutkan cerita atau puisi itu, tapi kadang justru ide-ide yang berseliweran di kepalaku menyeretku jauh dari ide awal yang seharusnya aku ceritakan, bahkan aku tak bisa mengembalikannya ke jalurnya yang semula.
Oleh temanku aku ditawari untuk ikut menjadi anggota FLP Purwokerto yang baru dibentuk. Akupun dengan semangat mengiyakan saja untuk menambah pengetahuan dan kualitas dalam menulis.
Dua minggu kemudian kami diberi tugas untuk mengumpulkan cerpen ataupun puisi karya kami sendiri. Dengan semangat empat lima aku menyerahkan coretan-coretan tanganku. Hasilnya….
Inalillahi wa inna ilaihi rojiun…..
Telah meninggal dunia
Semangat saya dalam dunia tulis menulis
Mari kita bersama-sama mendoakan agar arwahnya diterima disisi-Nya Al fatihah!
(Eeh lagi-lagi ngelantur. Maaf, punten, sorry banget ya, jadi ngelantur). Maksudnya karena bedah naskah yang diadakan aku saat itu justru down sedown-downnya (istilah apaan tuh?!). Aku saat itu minder, merasa karya sendiri paling jelek dan belum layak untuk dikonsumsi oleh otak-otak yang lapar akan bacaan. Kalau Harry Potter adalah buku yang Selezat Pizza (meminjam istilah Hernowo) maka coretan yang aku buat ibarat sayur bening yang sudah basi. (Menunggu saat untuk dibuang aja deh. Hiks… hiks … hiks…).
Kedatangan ramadhan tahun 2008/1429 H kembali memberikan setitik semangat untuk kembali menghidupkan mading yang telah fakum selama bertahun-tahun. Kuputuskan untuk menghidupkan kembali kegiatan mading di dua tempat sekaligus, yaitu di Masjid Al Ikhlas dan Madrasah Diniyyah Darussalam. Aku berharap agar madding yang dirilis kali ini bukan bertahan hanya satu bulan, tapi untuk waktu yang lama. Tetapi karena aku mengelola sendirian, akhirnya mading tersebut kembali terhenti di tengah jalan.
Akhirnya semua itu membuat aku menjadi malas dan tidak bersemangat untuk menulis. Beruntung beberapa tahun setelah itu aku berkenalan dengan dunia internet. Aku berkenalan dengan Jonru saat kuketik latihan menulis pada kolom pencarian google. Muncullah SMO (Sekolah-Menulis Online) Asuhan Bapak Jonru Ginting yang saat itu sedang mengadakan pelatihan “Pintar Menulis Dalam 9 Minggu”.
Akhirnya, sedikit demi sedikit semangat yang dulu telah mati mulai hidup kembali (Hii…. Jangan-jangan hantu tuh! Orang mati kan gak bisa hidup. Hii….. ‘Tuh kan kamu sih komen, jadi bingung baik ke jalurnya lagi kan? Udah Diem!!! Ayo, kang, balik lagi ceritanya!’).
Ya, semangat itu mulai tumbuh kembali sehingga aku mulai ada lagi keinginan untuk menulis dan menceritakan dunia pada siapa saja. Apalagi setelah beberapa waktu Jonru mengabarkan bahwa buku barunya yang berjudul “CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT” akan telah terbit dan sampel bukunya sudah ada di situs http://www.penulishebat.com. Wah semangatku untuk mulai menulis jadi tambah membara. Apa lagi aku juga bisa berkomunikasi dengan teman-teman pecinta tulus menulis di http://www.facebook.com/penulishebat dan juga di http://www.twitter.com/penulishebat.
Waktu itu aku juga sempet mendownload sample buku tersebut. Coba lihat! Keren kan bukunya!



Eeeh sorry! Stop dulu!
“Don’t Judge a book with this cover!”
Jangan lihat luarnya saja donk! Dalamnya juga kudu dibaca.
Awas kalo enggak!!! (pinjeman dari anak mentengnya slank nieh!).
Masalahnya kalau kamu emang minat sama nulis dan udah tau ada buku ini en gak mau baca rugiii. dech! Contohnya, aku aja nih baru baca sampelnya aja udah dapat merasakan kehebatannya.
Gak percaya?!!! Udah ada buktinya kok! Aku yang dulunya drop en down semangat minderan udah mau mencoba mengirim tulisan ini! Kemajuan yang berarti bagi yang semangat nulisnya udah mati kan?
Lewat buku ini aku juga jadi punya pemahaman baru bahwa seorang penulis hebat bukan ditentukan oleh banyaknya karya atau tulisan yang dihasilkannya. Tetapi lewat seberapa besar dan seberapa keras usahanya untuk menjadi penulis sukses. (Kira-kira aku udah hebat belum ya? Inginnya sih gitu. Doa’in ya temen-temen. . . . . Amin!). Jadi tidak salah donk, kalau aku punya keinginan untuk menjadi penulis yang hebat sehingga menjadi penulis yang sukses?
Sebagai langkah awal aku mulai memikirkan untuk kembali menghidupkan Mading yang dulu sempat mati dengan konsep yang berbeda. Aku mulai mengkoordinir teman-teman di Madrasah untuk mulai merintis Majalah dinding yang bukan di dinding. Kami menggunakan istilah pohon kata, dimana pada setiap ranting yang ada, daun-daun yang tergantung di sana adalah untaian cerita dari anak-anak Madrasah Diniyyah Darussalam. (Ciee gaya banget! Belagu lu!!!). Moga-moga kali ini tidak hanya seumur jagung ya. Doain donk temen-temen!
Makasih ya buat doanya! Semoga temen-temen mendapat balasan yang berkah dari Alloh swt. Sebagai tanda terima kasih dari aku, ada sedikit informasi nieh tentang buku “CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT”. Pentiiiiing buanget buat temen-temen yang tertarik dalam dunia penulisan. Kudu en wajib dibaca.
Buat temen-temen yang tertarik sama buku ini, untuk sementara buku “CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT” cuma tersedia dalam versi e-book saja.
Yah, gimana nih. Bacanya kan jadi gak bisa santai?
Tenang aja dech! Walaupun tentu saja masih ada kekurangan dalam versi e-booknya, tapi kita malah harus bersyukur dengan adanya versi e-book yang sering kita anggap kurang asyik ini. Lho, kok?
Ya iya lah! Soalnya versi e-booknya “CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT” memberikan buanyak sekali penawaran menarik. Yaitu dua paket pembelian e-book dengan bonus-bonus menarik yang bisa kamu pilih sesuai dengan seleramu.
Diantaranya ada paket seharga Rp 49.500,00 dengan bonus voucher dari Sekolah-Menulis Online senilai Rp 200.000. (wuih.. mau donk!!!) Ini adalah DISKON SMO TERBESAR yang pernah diberikan lho! (selama ini, diskon terbesar SMO hanya Rp 150.000). Selain itu kita juga mendapat Modul Eksklusif dari Sekolah-Menulis Online 6 modul dan terdaftar sebagai Siswa Kelas Free Trial SMO. Pokoknya rugi dech kalau gak tertarik.
SILAHKAN KLIK DISINI UNTUK MELIHAT PAKET LAINNYA .
Alhamdulillah dengan adanya buku ini aku semakin bersemangat untuk menulis dan menjadi semakin yakin bahwa siapapun bisa menjadi penulis yang sukses jika ia adalah penulis yang hebat. So, ketika ada dua pilihan menjadi penulis hebat dan menjadi penulis yang gagal mana yang akan kamu pilih? Masa depan adalah hal yang ghaib. Tidak ada yang bisa meramal masa depan kecuali Allah swt. Tapi satu hal yang pasti masa depan bergantung pada apa yang kita lakukan hari ini. Jadi mari kita ciptakan masa depan kita sendiri! FASTABIQUL KHOIROT!!!
Untuk seseorang yang masih saja mencari dirinya sendiri:
“Kang udah ketemu belum?”

Rabu, 02 Desember 2009

ANDAI ANDRE MANUT

BABAK I

Setting : Rumah Klenthing

Rumah klenthing kelihatan sepi tak beberapa lama tampak para klenthing mulai keluar dari rumah mereka .

(para klenthing keluar sambil menyanyi : Ting, klenthang, klenthing, dhuuut! Ting, klenthang, klenthing, dhot! Ting, klenthang, klenthing, dhuuut! Ting, klenthang, klenthing, dhot! ‘berurutan dari yang paling depan sampai yang belakang, eeh inget ya pas duut geol pinggulnya duwong!!! He… he … he…)

Klenthing abang

“eh wis mandeg nang kene bae! Selek gatel kye rambutku. Wis nang kene bae leh petan lah (karo kukur-kukur)”

Klenthing biru

“ ho ha lah yu, yu (batire nyauri kang-kang) kawit mau kon slekdur slekduran ujarku arep ngendi ko malahan cempuleke njaluk petan. Kepriwe sih rika ?”

Klenthing ijo

“ iya mbekayune maning sih kepriben jane ? wong anu enyong lagi enak-enak sleeping beauty malakane di kon petan! Sungguh terlalu!

Klenthig gadung

“ Sing sungguh terlalu tuli kowe jo! Wong mangan sripinge tuti koh ora bagi bagi! Kita ini kan sodara kembar beda kandungan koh tega tegane mangan ora bagi-bagi, dongen tuli seliping berdua !”

Klenthing ijo

“ Cuih ! ya najis tralala ya seriping berdua, eh sliping berdua hiii nggilani banget sih? Masa karo ko hiii?”

Klenthing gadung

“ Kepriwe, kowe miki ngomong nggilani!! Aku tersinggung ngerti? Emange aku apa sih! Kon madang bareng be ra gelem wis ra ngaku dulur apa?

Klenthing biru

“ Oalah yu, yu (maning ya: kang-kang) Wis wis, kaya kuwe be heboh.”

Kenthing abang

(kukur-kukur rambute sing awut awutan )” iya! Wong pada kaya kuwe be ribut ge ndasku tambah gatel tulih!”

Klenthing ijo

“ la wong kae si gadung njaluk sliping bareng ya ogah ya ! nggilani temen “

Klenthing gadung

“ Alah kaya ora biasane sebaki nggo wong papat, anu sepiring go wong loro ora gelem “

Klenthing biru

“ ho ha lah yu, yu (123 kang-kang), kaya kuwe be heboh! Kiye ana sing lewih heboh maning ! Siki tuli lagi ana lowongan dadi mantune nini randha ?”

Klenthing abang

“What?” (tuma sing nembe arep di gugut mencolot) “dadi mantune mbok randa?”

Klenthing biru

“Iya! Karo si Andre ”

Klenthing abang

“Ouh sweetyku cintaku sayangku biolaku, I am coming baby!”

Klenthing gadung

“ bang, abang, eling lagi ngapa si nyeluki ayam karo babi, he bang !”

Klenthing ijo

“ Alah rika maning sih apit mau budong bae. I am coming baby koh ayam karo babi. Kuwe basa inggris ngerti, sekolahe kepriwe sih?”

Klenthing abang

“iya masa ngarani enyong bang! Emange eyong tukang becak apa?”

Kelnthing biru

“Iya kepriwe sih, basa inggris be ra ngerti apa maning basa jawa ! padahal sing arep mbojo karo Andre jare kudu bisa bahasa inggris lho!”

Klenthing ijo

“Wah, untung aku wis kursus bahasa planet, mesti aku sing kepilih !”

Klenthing abang

“ Ora mungkin ya ! Mesti aku sing kepilih! Wong aku sing paling gantheng !”

Klenthing biru

“ Ho ha lah, yu, yu (321 kang-kang), mokal temen, mokal temen koh. Karo Andre ora mungkin bisa. Kiye enyong sing paling kiyut !”

Klenthing gadung

“ iya pancen kowe kulite wis pada pating kiyut kaya nini-nini!”

Klenthing ijo

“Guwe mbok salah pengrungon maning! Kiyut kuwe basa inggris, cute, cute!”

Klenthing gadung

“ Oooooo”

Klenthing ijo

“ Ya wis selek kawanen mbok pating plening ngerti ! Engko repot njaluk melu ! Wis yuh pada dandan!”

Para klenthing

“ Ya ayuh “

Setelah itu para klenthing pun keluar panggung diiringi dengan lagu (hyo harus mau lho!) Ting, klenthang, klenthing, dhuuut! Ting, klenthang, klenthing, dhot! Ting, klenthang,klenthing, dhuuut! Ting, klenthang, klenthing, dhot!


BABAK II

Setting : Kali cilik nang mburi umah mbok randha (gaya temen, arani bae paceran)

Setelah dandan para klenthing pun pergi ke rumah mbok randha. Namun sayang di tengah jalan mereka terjebak di tepi paceran seluas 10 cm x 250 dm x 450 hm x 0.000 + 1/2 m – 200 mm + 400 mm= ada yang tahu? Dengan luas dan panjang yang sama.

Kenthing abang

“Hop-hop-hop”

Klenthing gadung

“Ana apa sih”

Kenthing abang

“Lah kuwe mbok ana blumbang!”

Klenthing ijo

“Aduh yu, kepriwe kiye? Masa kejebak paceran sih ?”

Klenthing abang

“Iya yah? Masa kaya kiye, padahal aku kan wis dandan ayu , masa kon ngrobok paceran sih?

Klenthing gadung

“Lah njijihi banget sih? Tapi wong angger meng ngumahe mbok randa tung mburi ya kaya kiye lah ! Wis siki kaya kiye bae !”

Para klenthing

“Kepriwe yu ?”

Klenthing gadung

“Anu pada ngetor pring disit, ngko kena go gawe powotan!”

Para klenthing

“what!”

Klenthing ijo

“Tor toran? Who we doing it? bisa bisa mengko pingsan disit “

Klengthing biru

“Ho ha lah yu, yu “(esih aspal mbok : kang-kang ). “Sing bener bae? Masa kita kita kon ngetor pring ngko ya kemringet maning.”

Klenthing gadung

“Lah kepriwe sih? Apa arep ngrobok bae? “

Klenthing abang

“lah rika bodo temen ? Wong paceran anu ora amba kaya kiye ko! Dilumpati tuli bisa! Gye tek praktekna.” (Trus Mlumpat )

Klenthing ijo

“Ih iya yah. Kepenak Enyong njajal lah!” ( Trus Mlumpat )

Klenthing biru

“Ho ha lah yu yu, (4 sampai 100 kang-kang) Jebulane gampang dilumpati ya. Asyik temen yu ? Dolanan disit yuh!” (trus lumpat-lumpatan bola bali !)

K. ijo +abang

“ Iya asyik ko “(melu lompat-lompatan)

Kenthing gadung

“ngonoh ngko tuli pada kan(pada tiba kejegur paceran kecuali gadung)teb.

Klenthing

“Aduh kepriye kiye kotor kabeh “

Klenting Gadung

Ala ya ngonoh! Mbok wis tek omongi! Rasakna ! Ngonoh aku tak sidakna tor-roran “ (karo lunga )

Klenthing ijo

“Kepriwe kiye yu (karo kepreh kepreh)”

Klenthing abang

“La kepriwe maning ?”

Klenthing biru

“Aduh yu, yu (kang-kang). Wis lah siki pada golet sumur go wisuh bae!”

Klenthing ijo+abang

“iya-iya, yuh “ (terus pada lunga)

Ting, klenthang, klenthing! Ting, klenthang, klenthing! Ting, klenthang, klenthing! Ting, klenthang, klenthing! (Anu ora ana klenthing gadung sih)



Babak III

Setting : Esih nang pacerane mbok randha

Tak berapa lama setelah para klenthing pergi klenthing gadung datang membawa bamboo

Klenthing gadung

(karo ngelap kringet) “ aduh adoh adoh kepengin mbojo palah dadi tor-toran, dasar nasib! Apes, apes! Wis siki aku gari nyebrang lah !” Bang, Jo, Bir, aku enteni ….” (Dhuut ! Dhot! Dhuuut! Dhot! Dhuuut! Dhot)



Babak IV

Setting : Kali eh pacerane mbok randha

Setelah para klenthing pergi datanglah pating plening yang mencari kakak-kakaknya sampai ke tempat itu, tapi tempat itu sudah sepi.

Pating plening

“aduhh (usap-usap bathuk), deneng adoh temen sih? Mbekayu klenthiiing!! Aku tuli pengin melu (karo mubeng mubeng) Aduh!! Kepriwe sih ? padahal mau jare angger aku wis rampung ngumbahi aku olih melu! Siki malah pada meng ndi kiye aku ora di sengi ! lah sebeeeeel! Yuuu (celuk-celuk), yu klenthing ? Lha kiye mbo menggone andre. Eh iya jare andre arep golet pacaar apa ya ? aku tek dolan nganah si! (terus mlaku menggon paceran ) “ lho kiye dengen ana powotane? Mesti anu wis siap nyambut aku! Aduh jadi malu! Andre Andre!”


BABAK V

Setting : Rumah Mbok Randa

Adegan I

Setelah menempuh berbagai jalan akhirnya sampailah para klenthing di rumah mbok randa. Rumah itu kelihatan sepi. Cuma beberapa ekor ayam dan bebek yang berkeliaran di halaman.

Ting, klenthang, klenthing! Ting, klenthang, klenthing! Ting, klenthang, klenthing! Ting, klenthang, klenthing! (Anu ora ana klenthing gadung absen)


Klenthing abang

“ Piye yu? Kayongen deneng sepi? Apa lagi pada meng endi ya ?”

Klenthing ijo

“ Iya yah ! sepi banget! Sih lagi pada meng endi?”

Klenthing biru

“ Kaya kuwe thok be bingung ! Wis di dodog bae lawange, engko dadi genah ana wong apa ora!”


Adegan II

Kemudian mereka menuju pintu untuk mengetuknya, tapi belum juga sampai datanglah klenthing gadung yang marah-marah karena ditinggal oleh mereka.

(Dhuut ! Dhot! Dhuuut! Dhot! Dhuuut! Dhot)


Klenthing gadung

“ Bocah pada kurang ajar! Aku kon dat dot dat dot dewekan! Ana wong tua kedengkrekan nggawani pring palah ditinggal lunga! Pada kurang ajar kowe yah!!!”

Klenthing ijo

“ Kepriwe sih rika, teka teka malah kemrungsung kaya kuwe ora nggenah.Ana apa jane ?”

Klenthing biru

“Ho ha lah yu, yu (siap2 ! ya ! kang-kang) wong koh apit cilik kaya kuwe! Ngisin-ngisina! Eling yu ! kiye nangnggone bok randa ! sing sopan setitik ngapa?”

Klenthing gadung

“Sopan, sapon! Kowe kuwe sing pada kurang ajar masa wong tua kedangkrakan nggawani pring, bukane di bantu malah ditinggal! Kurang ajar kabeh!”


Adegan III

“Geleret” pintu rumah dibuka. Mbok randa yang terbatuk batu memandangi mereka. Para klenthingpun jadi salah tingkah.

Mbok Randha

“Uhuk, uhuk, uhuk! Ana apa kiye ? Deneng pada ribut temen sih ? “

Klenthing abang

“Eh mbok randha ! Niki mbok anu Klenthing gadung seg ngamuk !”

Klenthing gadung

“Ora mbok! Kye anu aku ditinggal nang Abang karo ijo!”

Klenthing ijo

“Karo nang biru ding mbok !”

Klenthing biru

“Oalah yu,yu (123 kang-kang ) sentiment temen rika ! ora sah di tidokna si ngapa ?!”

Mbok randa

Wis ra sah pada kemrungsung! Ribut bae! Ana apa jane ? Ora ngerti apa anakku agi keyungyun!”

Klenthing abang

“Punten, mbok! Anu ana apa sih mbok?”

Mbok randa

“ Tela iya koh? Anakku wis pirang dina kiye ora adus koh! Anu keyungyun kepengin mbojo koh! Ujarku kon sekolah disit sing pinter! Malah njaluk bojo! Aduh katro banget sih, kaya wong gunung bae enom-enom wis jaluk bojo!”

Klenthing biru

“Ya ora papa koh mbok ! Aku be gelem ko dadi pacare Andre!”

Klenthing ijo

“Iya mbok, aku be gelem ko! Tapi sing kae ora usah ya mbok! Kae anu galak ( karo nunjuk Klenthing Gadung ).

Klenthing gadung

“Ngomong apa kowe ! Ngarani enyong galak! Awas angger ora ngarani eyong galak ! tak uwel uwel lah ?”

Klenthing biru

“oalah yu, yu (kang-kang) wis nang kene be esih padu ! Isin tuli karo mbok randha!”

Mbok randa

Wis wis ra ush ribut! Mbok menawane si andre gelem, ngko jajal tek celuk ! Ndre, andre, kiye ana cewek ayu ndre ! Gelis engko seleke lunga lah! Ndre, andre ! Cepet manjat meng panggung!”

Andre

“Ya, mbok ! Ngko disit!”


Adegan IV

Mbok randha

“Ndre, andre ! Cepet manjat meng panggung! Seleke pada lunga bubar!”

Andre

“Ya mbok ! Ana apa sih ?” (munggah panggung)

Mbok randha

“Kiye lo ana cewek sing arep nglamar ko ! Kari milih!”

Andre

“Ya seleksi disit mbok ! Aku pengin bojoku duwe kelewihan koh! Aja sing biasa-biasa bae!”

Mbok randha

“Ya wis karepmu !”

Setelah itu diadakanlah seleksi calon mantu oleh mbok randha semua klenthing menunjukan kebolehan masing masing.

Mbok randha

“Nah siki gilirane klenthing biru ! Apa kelewihanmu!”

Klenthing biru

“ Aku bisa nyanyi mbok!”

Mbok randha

“ ya wis dijajal !”

Klenthing biru

(nyanyi lagune doraemon)

Mbok randha

“Nah siki gilirane klenthing abang ! Apa kelewihane jajal!”

Klenthing abang

“Aku bisa nari mbok!”

Mbok randha

“ya wis dijajal !”

Klenthing abang :

(nari lengger kethek)

Mbok randha

“kuwe sih tarian apa!”

Klenthing abang

“lengger kethek mbok!”

Mbok randha

“Nah siki gilirane klenthing ijo ! kowe bisa apa jo!”

Klenthing ijo

“ Aku bisa macul mbok!”

Mbok randha

“ ora susah di jajal !”

Klenthing ijo

“ deneng mbok ? ngang apa

Mbok randha

“ Engko lemahku mlekuduk kabeh kepriwe!”

Klenthing ijo

“ o ya wis mbok. Aku be ra nggawa pacul!”

Mbok randha

“Nah sing terakhir Klenthing gadung!”

Klenthing gadung

“ Aku duwe kelewihan mbok!”

Mbok randha : “ bisa ngapa kowe!”

Klenthing gadung : “ ora bisa mbok!”

Mbok randha : “ Lah ora bisa ngapa-ngapa kok duwe kelewihan !”

Klenthing gadung : “ iya iya mbok, jajal di deleng sing bener ya raiku! ”

Mbok randha : “ ora nana apa-apa koh !”

Klenthing gadung : “ lah mboke ra weruh lambeku apa? Mbok lewih 10 centi! ”

Mbok randha : (manyun) “oooooooooooooooooo……”

Mbok randha : “Wis ndree kepriwee?”

Andree : “Anu mak Tek omongi disit ngeneh!” (karo ngered tangane mbok randha)

Mbok randha : “Ana apa sih ?

Andre : “Anu mbok kae bocahe kabeh duwe kelewihan ! Tapi mboke ngrasakna ora?”

Mbok randha : “Ngrasakna apa ? “

Andre : “Bocahe pada mambu penguk kaya anu urung adus ko!”

Mbok randha : “Ih deneng iya ya ! dengen aku nembe sadar yah?!!”

Andre : “Genah iya koh mbok! Apa maning sing telu kae kayong mambu paceran koh! “

Mbok randha : “ Kayane iya koh! Mulane kowe sekolah sing rampung disit! Aja kesusu mbojo!’

Andre : “Tapi mbok?! Aku kan wis rong minggu kiye ngimpi nek aku kepengin olih bojo turunan putri ya kudu siki !”

Mbok randha : “Alah kadar ngimpi be dipercaya ! Kuwe musyrik cah! “

Andre : “Tapi mbok! Kiye ngimpine pas banget wektu puspa tajem. Jare kaki Daplun wingi angger ngimpine pas puspa tajem anu pertanda! Pokoke kudu siki mbok!”

Mbok randha : “Bocah ngeyel. Ya wis karepmu kepriwe?”

Andre : “Siki sing kiye ditolak bae mbok !”

Mbok randa : “sing ndi ?”

Andre : “Kabehan, Mbok! Siki kabehan di tolak bae, sebab miturut ngimpiku, mengko sedela maning ana wong sing nganggo cadar meng ngeneh! Kuwe sing bakal dadi jodoku!”

Mbok randa : “Ya wis karepmu.”

Mbok randha pun akhirnya memberitahukan hal itu kepada para klenthing !

Mbok randha : “Aduh para klenthing kiye andre wis duwe keputusan, jare ko kabeh ditolak ora bisa dadi jodone andre. Wis ra usah pada kecewa ya ! kowe kabeh esih enom. Siki pada diterusna bae le sekolah mbok jare sapa ngemben kowe pada dadi wong sugih kowedadi wong mulya bisa olih sing lewih apik seka andre! “

Klenthing abang : “Ya ra papa mbok , wong urung dadi jodo kepriwe maning “

Klenthing ijo : “Ya mbok ya punten ya mbok?”

Klentnging biru : “Oh iya yu-yu (kang-kang) aku kelalen aku wingi ana tugas bahasa inggris seka pak surya, kae lo guru TIK kene?

Klenthing gadung : “Alah tugas Bahasa Inggris dengen sing aweh guru TIK ora salah koe?”

Klenthing biru : ”Ya karep-karep ya! Masalahe angger saing aweh bu Yanti angel angel dadi! Angger pak Uya kan kepenak Gantheng maning!”

Klenthing abang : “Wis aja brisik. Wingi mbok dewek diwei tugas basa jawa nang pak guru ! Eling basa jawa mbok lewih angel seka Basa Inggris. Ngko angger ora bisa kon belajar Basa Jawa nang Suriname lah, ndais !”

Klenthing ijo : “Oh iya yah! Masa belajar basa jawa nang Belanda aduh amit-amit, kaya udu wong jawa bae! ya wis yuh pamit-pamit !”

Para Klenthing : “Ya wis mbok, pamit bali! Klilaan!” (terus pada metu )

Ting, klenthang, klenthing, dhuuut! Ting, klenthang, klenthing, dhot! Ting, klenthang,klenthing, dhuuut! Ting, klenthang, klenthing, dhot! (kemutan mbok)

Adegan V

Tak beberapa lama setelah para klenthing pulang datanglah pating plening ke rumah Andre. Andre yang melihat wanita yang mengenakan cadar tersebut langsung menarik tangan mbok randha untuk memberitahukan !

Andre : “Mbok kuwe sing kaya nang impenku. Wanita bercadar. Mesti kiye putrine!”

Mbok randha : “La terus kepriwe?”

Andre : “Langsung bae mbok, jajal takoni gelem dadi bojoku apa ora ? Kiye mesti putrine.“

Mbok randha ; “Kowe aja kesusu disit si ngapa ? Mbok udu. Apa kowe ora menyesal?”

Andre : “Ra mungkin kleru mbok! Kiye pada bae karo sing nang impen!”

Mbok randha : “Bener?”

Andre ; “Yakin mbok lah , yakin golagokin!”

Mbok randha : “Ya wis, tapi ngko aja nyesel ya! Siki jajal tak takoni!”

Adegan VI

Setelah itu mbok randa pun membawa pating plening masik untuk ditanya kesediaannya untuk menikah dengan andre. Andre yang tidak sabar menunggu di luar mondar mandir dengan gelisah.

Andre : (sambil mondar mandir)

Mbok randha : (keluar dengan tergopoh gopoh) “ aduh ndre kowe iki bener bener pinter lo gole milih kae mau beneran putri seka raja sebrang ! “

Anre : “ Ah ibune bisa bae . Emange beneran putri bu!

Mbok randha : “Genah iya koh. Kae mau basa ibu kandah kandahan ibu weruh cincine. Terus ibu takon asal usule. Jebule deweke putri blasteran! Kepengin ngerti jeneng asline ora ?

Andre : “ Ibu ne wis ngerti sih?

Mbok randha : “ Ya ngerti lah. Kae mau jenenge Dyah ayu kusuma raflesia arnoldy. Maen mbok jenengane?”

Andre : “ Sapa mbok ? Raflesia Arnoldy“

Mbok Randha : “ Iya Dyah ayu kusuma raflesia arnoldy?

Andre : “ hah !!! Putri kembang badul ? sing seka blang wetan ?”

Mbok randha : “ Iya, sing seka kerajaan rawa bangkai kecamatan ganda mayit!”

Andre : “ sing awake pating plening?”

Mbok randha : “ iya !”

Andre : “ sing ndisit ngoyok –oyok aku ?”

Mbok randha : “ iya !”

Andre : “ sing umbele molor setengah meter ?”

Mbok randha : “ iya ! Pkoke bener banget lah. Nah siki kae loh wonge wis ngenteni”

Pating plening metu

Pating plening : “ Oh andre kowe bener bener seneng aku ya? Andre! (terus mlayu meng Andre) Andre!”

Andre : “ Mbok aku moh Aku tulungi mbok ! (karo mlayu inda ) Mbok

Mbok randha : “ lah jare kepengin putri !”

Pating plening : “ Andreeee!”(ngoyok oyok andre)

Andre : “ Mbok aku moh Aku tulungi mbok ! (karo mlayu inda ) Mbok!”

Pating plening : “ Andreeee!”(ngoyok oyok andre)

Andre : “ Moh mbok mending aku sekolah bae!”(mlayumeng jaba)

Pating plening : “ Andreeee!”(ngoyok oyok andre)

Mbok randha : “ Andre, andre !”(terus metu meng jaba panggung)

Nah begitulah kawan-kawan sekalian, akhirnya andre dan para klenthing maupun pating plening tidak jadi menikah di usia dini. Akhirnya mereka dengan ikhlas kembali ke sekolah dan menuntut ilmu dengan baik. Sejak saat itu andre dan kawan kawan berusaha untuk menuntut ilmu semampu mereka untuk mencapai cita-cita masing-masing. Mereka juga semakin sadar akan budaya mereka yang mulai hilang dan berusaha untuk melestarikannya. Sekarang giliran kita semua untuk ikut melestarikannya. MARI MEMAJUKAN PENDIDIKAN! MARI LESTARIKAN KEBUDAYAAN KITA SENDIRI!

Buat anak-anak yang mau belajar drama, naskah teks itu sebatas pembantu lho. Kalian bisa saja improvisasi dengan gaya sendiri-sendiri kok! Yang penting tahu jalan ceritanya dan jangan terlalu menyimpang khan? Ok. Met Latihan !!!